Banyak brand terjebak dalam “kultus efisiensi”: terlalu sibuk mengejar ROI tinggi tapi lupa bahwa budget marketing lebih penting dari ROI. Data IPA 2025 membuktikan, budget berkontribusi delapan kali lebih besar terhadap profit dibanding ROI. Artikel ini membahas kenapa efisiensi tanpa skala menurunkan hasil, dan bagaimana bisnis bisa “go big” tanpa boros.
Mengapa Budget Marketing Lebih Penting dari ROI
Pernah ngerasa udah rajin iklan tapi omset gak naik juga?
Masalahnya bukan di dashboard-mu, tapi di cara memahami efektivitas dan budget marketing.
Banyak brand (terutama UMKM dan startup) terjebak mindset “hemat = efektif”. Padahal, Data IPA 2025 menunjukkan: ROI naik 4 %, tapi profit turun 11 %. – Data IPA.
Dan di era AI sekarang, ketika algoritma makin pintar membaca perilaku konsumen, thinking small justru bikin brand kamu makin gak kelihatan.
Bagian 1 – Kultus Efisiensi dan Salah Fokus ROI

Les Binet menyebut fenomena ini sebagai The Cult of Efficiency — marketer terlalu fokus pada efisiensi tanpa memperhitungkan skala.
Padahal, efektivitas = efisiensi × usaha (effort). – Data IPA
📊 Temuan utama (Data IPA 1998–2025):
- Budget menjelaskan 89 % variasi profit.
- ROI hanya 11 %.
➡️ Kesimpulan: budget marketing lebih penting dari ROI dalam menentukan efektivitas iklan.
Di Uraga Digital, kami sering lihat klien yang terjebak mindset hemat: menargetkan 5 % audiens yang “siap beli”, tapi lupa 95 % lainnya belum kenal brand-nya. Tanpa jangkauan besar, algoritma AI tidak punya cukup sinyal belajar — hasilnya, efisiensi naik tapi efektivitas jatuh.
Bagian 2 – Framework: Dari Efisien ke Efektif

💡 1. Tentukan Celah Pasarmu
Evaluasi siapa yang belum kamu jangkau. Data IPA menunjukkan 56 % brand terlalu fokus pada sub-segmen kecil, padahal 50 % pengeluaran konsumen datang dari usia 45 +.
→ Perbesar reach sebelum memperdalam targeting agar budget marketing lebih efektif.
2. Seimbangkan Brand dan Performance
Survei CMO 2025 menemukan 48 % budget masih condong ke aktivasi jangka pendek, padahal budget marketing untuk brand building mendorong pertumbuhan jangka panjang.
→ Gabungkan media online & offline (TV, OOH, TikTok, Spotify) untuk efek sinergi.
3. Simulasikan Funnel Sebelum Belanja
Kurang dari 30 % marketer melakukan budget test.
→ Mulai dari proporsi 60 % brand / 40 % performance, lalu iterasi tiap bulan agar budget marketing lebih efisien dan menguntungkan.
Bagian 3 – Studi Kasus Laithwaites
Kampanye Laithwaites Wine (Medialab & Adam&Eve DDB) menunjukkan bahwa budget marketing besar bisa tetap efisien.
Mereka meningkatkan jangkauan lintas channel dan memakai funnel simulation untuk memaksimalkan ROI.
📈 Hasilnya:
- Revenue jangka pendek: Rp 54 miliar (ROI 1,6×).
- Revenue jangka panjang: Rp 120 miliar (ROI 3,7×).
→ Dari Rp 2,7 miliar menjadi Rp 6 miliar setara versi IDR. – Data IPA.
Pelajarannya jelas: bukan soal hemat, tapi soal berani berinvestasi agar data valid dan hasilnya nyata.
Bagian 4 – Langkah Praktis Meningkatkan Efektivitas
- Ukur efektivitas dari hasil bisnis, bukan ROAS.
Jika profit tidak naik ≥ 20 % dari tahun sebelumnya, skalanya masih kurang. - Bangun media mix berdasarkan reach, bukan CPA.
Kombinasi TV + Online Video + Paid Social terbukti lebih profitable (Profit Ability 2, 2024). - Investasikan 60 % budget marketing ke kreatif dan eksposur.
Gartner 2025 mencatat: media hanya 30–40 % dari total budget marketing. - Eksperimen dengan skala berarti.
Micro test < 1 % budget sering terlalu kecil untuk validasi hasil. - Berhenti berharap viral.
Field & Hurman 2020: 96 % iklan “viral” gagal menciptakan profit jangka panjang.
Kesimpulan: Budget Marketing Lebih Penting dari ROI
Singkatnya, efisiensi tanpa skala adalah jebakan.
Efektivitas iklan bukan cuma soal CTR atau ROI, tapi seberapa besar kamu berani mengalokasikan budget marketing yang tepat.
Dengan memahami bahwa budget marketing lebih penting dari ROI, bisnismu bisa tumbuh lebih sehat, berkelanjutan, dan profitabel.
Kalau kamu ingin tahu bagaimana tim Uraga menerapkan prinsip ini untuk brand B2B, baca artikel berikut:
👉 The Hidden Funnel of B2B Marketing in Indonesia
🔗 Internal Backlink Rekomendasi
- Kesiapan Brand untuk Pemasaran Digital
- Brand Positioning Killer: Strategi Menang Tanpa Inovasi Radikal
- Apa saja Tren Digital Marketing B2B 2025?
- Strategi Digital Marketing Ramadan 2025: Panduan Lengkap Optimasi TikTok dan Meta
- Digital Agency Terbaik di Malang: Kenapa Harus Memilih Uraga?
📚 Referensi
- Data IPA (IPA Effectiveness Conference 2025: Les Binet & Will Davis)
- Medialab CMO Survey 2025
- Field & Hurman (2020), Cannes Lions & WARC
- Gartner Marketing Data 2025