Sejak rebranding dari Twitter ke X, Elon Musk dan tim xAI mengumumkan transformasi besar-besaran dalam sistem “rekomendasi’ – Ibarat FYP-nya X.
Kini, platform ini memasuki fase AI-driven penuh, dikendalikan oleh Grok AI — mesin yang membaca jutaan posting setiap hari untuk memahami konteks dan relevansi konten.
Langkah ini mengubah cara brand, kreator, dan agency memandang distribusi konten di media sosial.
📖 Untuk memahami bagaimana brand besar menyesuaikan diri dengan tren digital terbaru, baca juga Apa Saja Tren Digital Marketing B2B 2025?
Evolusi Algoritma X: Dari Heuristik ke AI Penuh
🧩 Penarikan Heuristik Manual
Menurut Elon Musk, seluruh aturan manual akan dihapus dalam 4–6 minggu setelah Oktober 2025, digantikan sepenuhnya oleh Grok AI. Kini, sistem tidak lagi bergantung pada “aturan tetap,” tetapi menilai konten seperti manusia — memahami bahasa, nada, dan konteks.
Seperti yang dijelaskan dalam Brand Positioning Killer: Strategi Menang Tanpa Inovasi Radikal, keunggulan kompetitif tidak lagi soal inovasi produk semata, tapi tentang relevansi dan distingsi — sama seperti algoritma yang kini menilai konten lewat konteks, bukan sekadar engagement angka.
🧠 Grok Membaca & Menonton Konten
Grok AI kini “membaca” setiap posting dan “menonton” video — lebih dari 100 juta per hari — untuk mencocokkan minat pengguna. Hal ini diharapkan memberi ruang lebih besar bagi akun kecil dengan konten berkualitas tinggi.
Fenomena serupa juga terjadi pada kampanye User-Generated Content (UGC). Lihat studi kasus di Kekuatan UGC: Bagaimana Virtual Immersive Park Memanfaatkan Konten Kreator.
🔓 Open Source & Pembaruan Berkala
X akan merilis pembaruan algoritma (termasuk model weights) setiap dua minggu sekali. Tujuannya: transparansi dan penyederhanaan sistem.
Ini selaras dengan pendekatan open innovation yang juga ditekankan dalam Strategi Branding Jepang di Pasar Indonesia, di mana keterbukaan justru memperkuat kredibilitas brand di mata audiens.
Pengaturan Feed Dinamis & “Unregretted User-Seconds”
Mulai akhir 2025, pengguna dapat meminta Grok untuk menyesuaikan feed secara langsung — misalnya “tampilkan lebih sedikit politik.”
Konsep utamanya: “unregretted user-seconds”, yaitu waktu yang dihabiskan pengguna tanpa rasa menyesal.
Konsep ini sejalan dengan filosofi “human-first content” yang dibahas dalam artikel AI Content, No More: Why YouTube’s Big Move Signals a Human-First Future. Fokus bukan lagi pada algoritma yang membuat kecanduan, tapi pada konten yang membuat pengguna merasa berharga.
Dampak Teknis & Strategi Konten
⚙️ Skalabilitas & Latensi
Versi ringan Grok 4 Mini membutuhkan sekitar 20.000 GPU untuk melayani seluruh pengguna X. Meski latensi meningkat, sistem ini tetap menjanjikan personalisasi ekstrem pada skala besar.
🪶 Distribusi Konten yang Lebih Adil
Untuk meningkatkan jangkauan:
- Sertakan deskripsi menarik dan visual kuat, bukan hanya tautan.
- Gunakan gaya storytelling pendek dengan konteks jelas.
- Hindari konten negatif yang hanya memicu engagement dangkal.
Prinsip ini sudah lama dipraktikkan dalam strategi video marketing — pelajari lebih lanjut di Strategi Digital Marketing Berbasis Video yang Efektif di Era Mobile.
⚠️ Moderasi & Risiko AI
Algoritma Grok bukan tanpa risiko. Dalam salah satu pembaruan Juli 2025, Grok sempat menampilkan pernyataan bias sebelum segera ditarik.
Artinya, AI tetap perlu pengawasan manusia.
Sama seperti pesan di Mengapa AI Gak Bakal 100% Gantikan Peran Manusia di Pekerjaan Digital: kolaborasi manusia dan AI, bukan kompetisi, adalah kunci keberlanjutan.
Algoritma X terbaru adalah kombinasi antara kecerdasan buatan dan human intention: membangun feed yang relevan, personal, dan bernilai. Namun, tanpa strategi konten yang adaptif, kesempatan ini bisa terlewat begitu saja.
Ingin memastikan brand Anda tetap terlihat di era Grok AI? Konsultasikan bersama Uraga: Digital Marketing Agency Malang untuk audit performa & optimasi konten AI-ready.

