Canva dan Affinity Menghancurkan Adobe: Masa Depan Industri Desain yang Semakin “Murah”

Canva gratiskan Affinity, tawarkan solusi full suite desain tanpa biaya bulanan yang menekan bisnis kreatif. Cara baru brand Indonesia survive di era digital
Canva gratiskan Affinity, tawarkan solusi full suite desain tanpa biaya bulanan yang menekan bisnis kreatif. Cara baru brand Indonesia survive di era digital

Pernah nggak kamu mikir, “Berapa lama harus nabung cuma buat langganan software desain?”
Sekarang, dengan langkah besar Canva & Affinity yang mengguncang Adobe, dunia desain berubah total. Semua fitur inti desain kini digratiskan. Barrier to entry runtuh. Dampaknya? mulai menikmati efisiensi baru, tapi juga menghadapi realitas baru: nilai industri kreatif makin tipis.

Konteks: Canva & Affinity Mengubah Arah Industri Desain Digital

Pada 2025, istilah “demokratisasi desain” bukan sekadar jargon pemasaran.
Canva menjalankan misi untuk membuat desain semurah dan secepat mungkin — termasuk dengan mengakuisisi Affinity dan menjadikannya gratis selamanya.

Menurut data Think with Google dan laporan Statista 2025, biaya langganan software menjadi hambatan utama bagi kreator di Asia Tenggara. Adobe masih menahan pasar dengan skema langganan yang bisa mencapai Rp300.000 per bulan per pengguna harga yang terasa tidak masuk akal bagi UKM dan agency kecil.

Sebaliknya, strategi gratisan Affinity menawarkan efisiensi tanpa kehilangan kualitas inti. Akibatnya:

  • ⏱️ Waktu produksi konten makin cepat.
  • 💰 Biaya operasional menurun drastis.
  • 🎨 Namun kualitas desain jadi makin generik — semua tampak sama.

“Everybody is a designer now.” Tapi, di sisi lain, value karya pun ikut turun karena volume jadi segalanya.

Framework: Cara Agency Kecil Bertahan di Tengah Revolusi Canva & Affinity

1. Analisis Value Produksi

Jangan cuma menghitung harga software. Evaluasi juga dampaknya terhadap kualitas output.
Produksi 5x lebih banyak konten tidak berarti penjualan klien ikut naik.

2. Fokus pada Story & Strategi

Keunggulan agency kecil bukan di tool, tapi di cerita dan strategi.
Gunakan insight lokal dan riset audiens—itulah nilai yang tidak bisa digantikan oleh Canva, Affinity, maupun Adobe.

3. Eksperimen Workflow Cepat

Coba batch production dan kolaborasi lintas platform Affinity–Canva.
Proses jadi efisien tanpa mengorbankan branded touch khas agency.

4. Temukan Niche Service

Agency kecil justru bisa unggul lewat spesialisasi: desain dengan karakter lokal, storytelling, atau optimasi konten untuk pasar Asia

Takeaway: Langkah Praktis untuk Brand dan Kreator Lokal

  1. Evaluasi biaya tools desain — berapa persen dari total OPEX kamu?
  2. Uji Affinity minimal untuk 1 proyek dan catat dampaknya terhadap produktivitas.
  3. Bangun SOP migrasi dan pelatihan untuk tim non-desainer.
  4. Bandingkan hasil bisnis sebelum dan sesudah migrasi.
  5. Gunakan tools gratis untuk efisiensi margin, bukan alasan menurunkan kualitas.

Jika semua orang bisa desain, nilai agensi terletak pada cara berpikir dan strategi, bukan pada tool-nya.


Kesimpulan: Value Lebih Penting dari Brand Tool

Langkah Canva & Affinity yang mengguncang Adobe menunjukkan satu hal: industri desain akan terus menuju efisiensi ekstrem. Namun buat agency kecil di Indonesia, keunggulan sejati bukan pada langganan software, melainkan pada kemampuan beradaptasi dan membangun nilai yang relevan.

Kalau kamu hanya menjual desain murah, kamu akan tenggelam di pasar yang semakin ramai.
Tapi kalau kamu menjual storytelling, strategi, dan konteks lokal, kamu tetap punya tempat di masa depan industri kreatif yang makin… murah, tapi menuntut otak yang lebih tajam.

Baca juga di Brandformance Magz:

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *