Pendahuluan: Banyak Brand yang Salah Fokus
Sebagai seseorang yang sudah bantu lebih dari 300+ brand di Uraga Digital, saya sering dengar pertanyaan klasik terkait budget marketing:
“Mas, ROI-nya bagus kok, tapi kenapa penjualan gak naik?”
Jawabannya sederhana: karena budget marketing brand kamu terlalu kecil untuk menciptakan dampak nyata.
Les Binet, salah satu pakar efektivitas iklan dunia, bahkan nunjukin dalam riset IPA Databank 2025 bahwa:
“Budget berpengaruh 8x lebih besar terhadap profit dibanding ROI.”
Artinya, bukan seberapa irit kamu beriklan, tapi seberapa besar kamu berani main di panggung besar.
Yuk kita bahas kenapa ini penting banget buat setiap brand yang serius pengen tumbuh.
Budget Marketing: ROI Tinggi Belum Tentu Untung Besar
Efisiensi ≠ Efektivitas
ROI tinggi sering bikin brand merasa “sukses”, padahal bisa jadi false signal.
Contoh:
- ROI 300% dari Rp1 juta = untung Rp3 juta
- ROI 150% dari Rp10 juta = untung Rp15 juta
Jadi, ROI besar belum tentu lebih menguntungkan, karena volume exposure jauh lebih penting dari sekadar efisiensi.
Menurut riset Binet, ROI hanya menjelaskan 11% variasi profit, sedangkan budget menjelaskan 89%
Jadi kalau kamu masih ngukur efektivitas cuma dari “berapa kali lipat balik modal”, itu tanda kamu masih mikir kecil.
🧠 Insider tip: Fokus ke impact metrics kayak brand lift, reach, dan incremental sales, bukan cuma CTR dan ROAS.
Efisiensi Naik, Tapi Profit Turun
The Cult of Efficiency
Les Binet nyebut fenomena ini sebagai The Cult of Efficiency — di mana marketer makin efisien, tapi hasil bisnisnya justru menurun.
Data IPA 2025 menunjukkan ROI naik +4%, tapi profit turun -11%
Kenapa bisa begitu?
Karena banyak brand lebih sibuk ngirit cost daripada ngembangin market.
Mereka cuma ngejar orang yang “sudah siap beli”, bukan nambah calon pembeli baru.
🔁 Padahal 95% orang belum siap beli produkmu hari ini, api bisa jadi pembelimu bulan depan.
Budget Marketing Besar: Jangkauan Adalah Segalanya
Stop Mikir Sempit, Mulai Open Minded
Mayoritas brand terjebak mikir sempit:
- Target cuma di segmen kecil (“yang penting tepat sasaran!”)
- Hanya main di satu channel (biasanya Meta)
- Retargeting terus-menerus padahal top funnel kosong
Padahal, kampanye besar dengan jangkauan luas (reach) terbukti jauh lebih efektif.
Binet dan Will Davis menemukan bahwa kombinasi online + offline channel (misal TikTok + OOH, Meta + radio) memberi efek jangka panjang jauh lebih tinggi dibanding strategi tunggal.
📌 Golden Rules:
“Reach first, frequency second.”
Artinya, pastikan banyak orang lihat dulu, baru pikirkan frekuensi dan targeting.
Budget Marketing yang Cukup: Kreativitas Tanpa Budget Itu Kayak Mobil Tanpa Bensin
Iklan sebagus apapun gak akan punya efek kalau gak didorong dengan cukup budget.
Les Binet bilang, “Wear-out is mostly a myth.” Artinya, kebanyakan brand ganti iklan terlalu cepat padahal belum sampai titik jenuh.
Untuk dapetin dampak signifikan:
- Butuh 30–60 juta impressions untuk bukti penjualan yang signifikan
- Butuh 200 juta+ exposure buat ngerekam memori merek jangka panjanggo-big-or-go-home-ipa-effective…
Jadi kalau kamu baru spend Rp2 juta per bulan dan berharap viral, ya itu kayak nyiram satu pot tanaman dan berharap jadi hutan. 🌱
Bagaimana Brand Bisa Go Big dengan Budget Marketing Secara Cerdas
Kami tahu gak semua brand bisa langsung ngeluarin ratusan juta buat iklan.
Karena itu di Uraga Digital Agency, kami bantu brand tumbuh dengan prinsip Brandformance — gabungan antara branding dan performance marketing.
Kami bantu brand untuk:
- 🔍 Menghitung budget ideal berbasis potensi pasar
- 📈 Mendesain funnel TOF–MOF–BOF yang efisien tapi berdampak
- 🧠 Menguji versi kreatif paling kuat sebelum scaling
- 💬 Meningkatkan awareness dengan sistem Guaranteed Viral Impact (GVI)
Dengan strategi yang tepat, kamu gak harus boros buat “go big” — tapi kamu gak bisa ngirit terus dan berharap hasil besar.
Kesimpulan: Stop Ngitung ROI, Mulai Ngitung Dampak
Kesimpulannya simpel: ROI bikin kamu efisien, tapi budget marketing bikin kamu efektif. Kalau kamu mau brand kamu benar-benar tumbuh, berhenti mikir kecil dan mulai investasi pada jangkauan, frekuensi, dan konsistensi.
Gimana pengalamanmu soal budget dan hasil iklan? Pernah ngalamin ROI tinggi tapi omzet tetap datar?
Ceritain di kolom komentar dan jangan lupa subscribe Brandformance Magz buat dapet insight kayak gini tiap minggu.
🔗 Backlink
Internal Links
- Strategi Branding Jepang di Pasar Indonesia
- Brand Positioning Killer: Strategi Menang Tanpa Inovasi Radikal
- Kesiapan Brand untuk Pemasaran Digital

